Selasa, 31 Mei 2011

FILSAFAT ILMU

FILSAFAT ILMU

PENDAHULUAN Ada beberapa pertanyaan mendasar beerkenaan dengan pembahasan ilmu secara filosofis. Pertanyaan-pertanyaan dimaksud antara lain: a. Apakah yang dimaksud dengan ilmu? b. Ilmu tentang apa? Apakah yang dimaksud dengan teori ilmiah? Bagaimana kita mengetahui bahwa suatu teori benar? Apakah yang Dimaksud dengan Ilmu ? Apakah yang membedakan ilmu (pengetahuan ilmiah) dengan non-ilmu atau ilmu semu (pseudo science)? Menurut William R. Overton, ilmu memiliki teori ilmiah dengan karakteristik: 1) sesuai dengan hukum alam, 2) penjelasannya dengan acuan hukum alam, 3) dapat diuji di dunia pengalaman, 4) kesimpulannya bersifat tentatif, dan 5) dapat diverifikasi. Apakah Induksi itu? Induksi dinamai untuk bentuk penalaran yang berbeda dari ilmu-ilmu alam, seperti kimia, meteorology, dan geologi dengan matematika, seperti aljabar dan geometri. Pengetahuan ilmiah dikembangkan dengan jalan yang berbeda dengan matematika. Bila ilmu-ilmu alam tergantung dari data yang diperoleh melalui observasi, sedangkan matematika dikembangkan berdasarkan teori umum yang sudah ada. Istilah induktif dipergunakan paling tidak untuk 2 hal yang berbeda. Dalam arti yang sangat luas, iduktif artinya non-dedutif. Dalam arti yang sempit induksi dipakai untuk menamai suatu argument ilmiah yang spesifik. Teori ilmiah tidak dimiliki oleh pengetahuan non ilmiah maupun ilmu semu. Para filsuf menggolongkan pengetahuan ilmiah menjadi dua, yaitu pengetahuan a priori dan pengetahuan a posteriori . Pengetahuan a priori merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan hasil pemikiran semata tanpa didasarkan pada pengalaman (metode deduksi). Sedangkan pengetahuan a posteriori merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman (metode induksi). Representation dan Reason Apa yang dinyatakan oleh Overton, mangandung 2 hal pokok, yaitu: pertama berkenaan subject matter ilmu yaitu: hukum-hukum alam, penjelasan alami, jenis-jenis fenomena alam (jika ada), dan kedua berkenaan dengan sikap dan pendekatan ilmuwan terhadap teori ilmiah, apakah mereka percaya pada
bukti-bukti kuat yang ada, menjauhi pandangan-pandan yang bersifat dogmatis, dan terbuka pada verifikasi suatu teori. Hal pokok pertama merupakan representation dan yang kedua merupakan aspek reason dalam pembahasan ilmu. REPRESENTATION Hukum Alam Hukum alam bukan hasil karya ilmuwan, tugas ilmuwan adalah menemukan hukum alam dan menjelaskannya dalam teori ilmiah. Penjelasan-penjelasan tentang hukum alam adalah sebagai berikut 1. Minimalism about the law – the Simple Regularity Theory Menurut the Simple Regurality Theory, hukum alam itu sama dengan keteraturan. Adalah suatu hukum bahwa Fs adalah Gs jika dan hanya jika semua Fs adalah Gs. Problem yang dapat timbul berkenaan dengan keteraturan yang simpel adalah keterbatasannya untuk menjelaskan berbagai fenomena. 2. Regularities that are not laws Tidak setiap keteraturan sebagai hukum. Suatu keteraturan bisa saja terjadi karena faktor kebetulan. 3. Laws and counterfactuals Hukum mendukung keberlawanan fakta. Contoh mobil Freddie berwarna hitam dan ketika dia membiarkannya di bawah terik sinar matahari, mobil itu menjadi panas. Ada pernyataan yang berlawanan dengan fakta, yaitu: jika mobil Freddie berwarna putih maka mobil itu akan lebih lama panasnya. 4. Laws that are not regularities – probabilistic laws Ada beberapa keteraturan yang bukan merupakan hukum alam, yaitu: 1) accidental regularities (keteraturan-keteraturan secara kebetulan, 2) contrived regularities (keteraturan-keteraturan yang disusun). 3) uninstantiated trivial regularities (keteraturan-keteraturan yang sepele), dan 4) computing functional regularities. Ada hukum yang menunjukkan adanya ketidak teraturan. Hukum ini merupakan hukum yang umum dalam fisika nuklir. Yang berlaku dalam fisika nuklir adalah probabilitas atau peluang. Penjelasan Satu satu fungsi ilmu adalah fungsi deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena yang menjadi objek kajiannya. Ada beberapa macam penjelasan yaitu : 1. penjelasan sebab-alibat, 2. penjelasan nomic (penjelasan dalam hubungannya dengan hukum alam, 3. penjelasan secara psikologis, 4. penjelasan secara psikoanalitis, 5. penjelasan
model Darwin, dan 6. penjelasan fungsional. Menurut Hempel, penjelasan adalah prediksi setelah suatu kejadian dan prediksi adalah penjelasan sebelum kejadian. Berbagai Macam Fenomena Alam Para filsuf dan ilmuwan sudah lama dihadapkan pada 2 pertanyaan yang saling berhubungan. What is the constitution of things? What kinds of things are there? Jika ada beberapa bentuk dasar dari sesuatu maka perbedaan-perbedaan antara bentuk yang bukan utama dapat dijelaskan berkenaan dengan jenis-jenis bentuk utama. Realisme Pandangan realisme tentang teori ilmiah, sebagaimana dinyatakan oleh salah satu tokohnya, yaitu Dalton, adalah sebagai berikut: 1. Teori ilmiah dapat dievaluasi berkenaan dengan kebenaran yang dikemukannya. 2. Teori ilmiah memiliki tujuan untuk mencapai kebenaran atau sesuatu yang mendekati kebenaran. 3. Keberhasilan teori ilmiah adalah bukti bahwa teori tersebut benar. 4. Jika teori ilmiah benar, sesuatu yang tak dapat diobservasi disusun hipotesisnya sebagai sesuatu yang ada, dan 5. Jika hal itu benar, teori ilmiah akan menjelaskan fenomena yang dapat diobservasi. Bagi kaum instrumentalis, bertanya tentang kebenaran suatu teori merupakan kesalahan konseptual. Pertanyaan yang tepat menurut mereka adalah apakah suatu teori memiliki ketepatan secara empiris. Suatu teori dinyatakan memiliki ketepatan secara empiris jika teori tersebut dapat membuat prediksi yang akurat. REASON Teori dan Observasi Teori dan observasi berhubungan erat. Ada pandangan yang menyatakan bahwa observasi tergantung pada teori dan ketergantungan kognitif observasi pada teori. Berdasarkan ketergantungan kognitif observasi pada teori, pernyataan-pernyataan dari hasil observasi dianggap benar jika didukung oleh kebenaran teoritis. Probabilitas dan Kesimpulan Ilmiah Penalaran secara statististik dan probabilistik memainkan suatu peran penting dalam penarikan kesimpulan ilmiah. Penalaran tersebut kadang-kadang terpikirkan bahwa penalaran tertentu menyajikan suatu pertanyaan pada problem induksi. Jika induksi tak mampu memberikan penjelasan yang logis, sebab tidak acuan untuk hal itu maka penyelesainnya bias menggunakan probabilitas sehingga bias diperoleh kesimpulan. Ada beberapa jenis probabilitas, yaitu: a. probabilitas subjektif, b. probabilitas objektif dan kesempatan, c. penalaran statistik klasik, dan d. bayesianisme. Pengetahuan Induktif Ada masalah skeptis induksi dari Hume. Untuk itu harus ada solusi terbaik. Kadang-kadang permasalahannya menyangkut induksi justifikasi. Ini adalah arah yang salah karena tidak ada satu induksipun yang membutuhkan justifikasi. Strawson telah menunjukkan bahwa terdapat banyak argumen induktif, dan beberapa diantaranya masuk akal. Metode dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dinyatakan benar dan dapat dipercaya jika didukung oleh metode yang realiabel. Metode yang dipergunakan untuk memperoleh ilmu adalah metode ilmiah. Metode ilmiah inilah yang membedakan ilmu dengan pengetahuan bukan ilmu. Metode ilmiah memiliki beberapa karakteristik, yaitu: a. membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya dan memberikan cirri khas pada ilmu, b. metode ilmiah menjelaskan keberhasilan dan kemajuan ilmu, c. penerapannya bersifat umum, d. dapat diterapkan pada suatu pola metode, tidak tergantung pada imajinasi, intuisi, dst. e. reliabilitasnya dapat diketahui a priori. Konteks Penemuan dan Konteks Pembenaran Menurut tinjauan the context of discovery, ilmu tidak secara otomatis ada di dunia manusia tetapi adanya karena sengaja diadakan oleh manusia. Berbagai macam ilmu lahir dan berkembang karena kebutuhan. Dalam konteks ini ilmu pada dasarnya tidak bersifat netral. Sedangkan menurut tinjauan the context of justification, ilmu hanya bias diperoleh melalui usaha, yaitu metode ilmiah yang kebenarannya bias dipertanggung jawabkan. Penjelasan Terbaik dan Metode Ilmiah Bilamana suatu teori ilmiah dapat memberikan penjelasan dengan baik tentang fenomena yang jadi sasarannya? Bill Newton-Smith telah mengidentifikasi 8 ciri teori ilmiah yang mampu digunakan untuk memberikan penjelasan dengan baik, yang bias digunakan acuan dalam memilih suatu teori, yaitu: a. Observational nesting. Suatu teori seharusnya mempunyai paling tidak konsekuensi observasi yang sama dengan teori-teori sebelumnya. b. Fertility. Suatu teori seharusnya terbuka untuk diuji dan dikembangkan. c. Track-record. Suatu teori hendaknya memiliki keberhasilan pada waktu-waktu sebelumnya. d. Inter-theory support. Suatu teori seharusnya terintegrasi dan memberikan dukungan pada teori-teori lainnya. e. Smootness. Jika suatu teori tidak sesuai dengan fenomena yang dijelaskannya hendaknya terbuka untuk dilakukan perbaikan. f. Internal consistency. Suatu teori hendaknya memiliki konsistensi internal. g. Compaibility with well-grounded metaphysical beliefs. Suatu teori hendaknya konsisten dengan asumsiasumsi umum atau metafisis thenrtang dunia. h. Simplicity. Teori yang simpel lebih baik dari pada teori yang rumit. Ada aspek lain dari investigasi ilmiah yang membedakannya dari bukan pengetahuan ilmiah. Overton telah menyatakan penjelasan-penjelasan ilmiah mencakup hukum-hukum alam dan membentuk hipotesis yang dapat diuji dengan bukti-bukti empiris. Dan hal itu bertentangan dengan penjelasan-penjelasan yang bersifat supernatural. Dengan penjelasan-penjelasan ilmiah yang terus dikembangkan melalui verifikasi ilmiah maka ilmu mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar